Review Buku Menumbuhkan Kepekaan Budaya Lokal di Sekolah Dasar

VCI 101 JABAR 6 GRUP 6.2


Judul Buku          :   Menumbuhkan Kepekaan Lokal di Sekolah dasar
Penulis                 :  Dewi Utama Faizah  
Tahun Terbit        :  Januari 2019
Penerbit               :  Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan  
                                dan  Kebudayaan
Jumlah Halaman  :  23 Halaman   
ISBN                    :  978-602-1389-52-2
Review konten     :  rumahbelajar.id
Di Review oleh    :  Lina Susanti, S.Pd - SDN.Sariwangi Parongpong KBB

Buku ini terdiri dari IV Bab . Bab I. pendahuluan, Bab II. Pelaksanaan, Bab III. Contoh Praktik Budaya di Sekolah dan Bab. IV Penutup.

Buku Menumbuhkan Kepekaan Budaya Lokal di Sekolah dasar
Sumber  :  rumahbelajar.id




BAB I. PENDAHULUAN

      Dalam Bab ini diuraikan bagaimana kemampuan anak dalam bercakap sebagai bagian yang amat penting pada saat anak memasuki Sekolah Dasar. Ternyata 'bahasa Ibu' yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari anak memainkan peran  penting dalam tumbuh kembang proses literasi di sekolah. Kekayaan bahasa lisan/oral ini ditunjukkan dengan perolehan jumlah kosakata yang nantinya di sekolah dasar akan digunakan untuk menguatkan kegiatan membaca dan menulis serta mata pelajaran lainnya.
      Untuk bisa bercakap dengan baik, seorang anak berusia 7 tahun membutuhkan kosakata 6.000 hingga 8.000. Dari sanalah kemudian anak mengembangkan kemampuan lainnya untuk berkomunikasi dengan orang lain, seperti berdiskusi,bertanya,menjawab, dan berbagai hal lainnya untuk memenuhi tugas perkembangannya.
      Seni berbahasa secara ekspresif melalui bercakap-cakap membutuhkan proses waktu yang lama. Semakin banyak anak menguasai kosakata, maka akan semakin baik ia menampilkan kemampuan membaca dan menulis. Saatnya praktik-praktik  muatan lokal yang selama ini terabaikan harus digeliatkan lagi dari ruang kelas di Indonesia.

Baca  :  Anggit Angglang Literasi Keluarga

A. Pentingnya Budaya Melalui Mulok di Sekolah

      Kelas adalah miniatur masyarakat. Di Indonesia anak datang dari berbagai etnis seperti Sunda, Betawi, Minang, Jawa , Bugis dan lain-lain, yang akan melebur dalam sebuah kelas yang multiluktural. Interaksi sosial dan pesan budaya yang ditampilkan di sekolah dasar Indonesia yang penuh keberagaman.
      Dari sinilah kelak fungsi proses pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi bermakna karena akan dibangun dan ditumbuhkan seni berbahasa Indonesia melalui koneksi bahasa ibu, permainan tradisional, bernyanyi, kerajinan tangan dan hal lainnya yang diperlukan anak usia sekolah dasar.

B. Kekuatan Budaya Muatan Lokal dalam Proses Literasi

      Konsep pengetahuan dimana latar budaya anak adalah harta karun yang harus difungsikan dalam sistem pendidikan di sekolah. Bagaimana pengetahuan dan kecakapan memberi nilai tambah seperti cara hidup sehari-hari, bermasyarakat, beragama, memasak dan sebagainya.
      Guru harus dapat menjembatani gaya hidup di rumah dan sekolah lewat rancangan pembelajaran yang protagonis (kaya budaya dan karakter), melalui rancangan pelaksanaan pembelajaram (RPP) yang sesuai dengan kebutuhan dimana mereka hidup ,
Contohnya :
  • Aceh dengan kehidupan spiritual yang kuat
  • Papua dengan kehidupan alamiah yang kuat
  • Bali dalam kehidupan adat dan tradisi yang kuat
C. Hubungan Budaya dan Kualitas Pendidikan

      Menurut Frederich Frobel ,anak piawai berbahasa bukan karena belajar tata bahasa. Mereka justru pintar karena memperoleh kosa kata dari ibu dan dari orang-orang terdekat dengan lingkungannya.
     Lokal inisiatif dimana anak hadir melalui pesan budaya, sehingga terjadi akselerasi"ZPD", Zona of Proximal Development seperti yang digagas Vygotsky. Anak-anak Indonesia belajar melalui azas bernegara Bhineka Tunggal Ika dan penanaman nilai-nilai kebangsaan yang sudah ditanamkan sejak dulu.
      Pembelajaran yang berbasis budaya dan interaksi sosial. Guru harus mampu membumikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak pada zaman di mana mereka hidup.

Baca  :  Sacima

BAB II. PELAKSANAAN

      Melaksanakan hadirnya budaya dalam kegiatan di sekolah membutuhkan sinergi kolaborasi dari guru-guru pembelajar disetiap gugus yang 'protagonis', juga membutuhkan perguruan tinggi yang melahirkan calon guru yang bermental guru pembelajar yang memahami ilmu pedagogi yang telah siap mendampingi peserta didik yang datang dari beragam sosial budaya yang berbeda. Salah satu caranya adalah membuat komunitas guru pembelajar sadar budaya yang melakukan pendampingan literasi yang menguatkan budaya lokal.
      Mengapa budaya begitu diutamakan ? karena ada 746 bahasa ibu dari berbagai suku, yang bisa menjadi tumpuan kegiatan literasi sehingga terjadi dialog budaya di kelas. Kelas menjadi kaya dengan literasi, buku bacaan lokal yang beragam, melahirkan guru protagonis dan guru literat.

Baca  :  Kolecer dan Candil

BAB III. CONTOH PRAKTIK BUDAYA DI SEKOLAH

A. Pojok Budaya di Dalam Kelas

     Ada pojok budaya yang memuat aneka ragam permainan tradisional seperti upih kelapa, ketapel, layang-layang, danguang, peralatan memasak kuno suku Minangkabau,  semuanya menjadi media pembelajaran yang menyenangkan.

Contoh Perangkat Budaya di Kelas
Sumber : Buku Seri Manual GLS 
                         
Selain itu kelas dipenuhi oleh aroma tanaman herbal yang dibawa oleh siswa dari rumah. Disamping itu  mereka memasak bersama makanan tradisional, menyiapkan acara adat, menari dan kegiatan lainnya.


 B. Buku Bacaan Berbasis Lokal   

      Kehadiran buku-buku penunujang literasi sekolah dengan bergenre dongeng, buku fiksi, dan nonfiksi    akan membantu tumbuhnya kegiatan literasi berbasis kontekstual (mulok) dan menguatkan siswa dalam melangsungkan proses multiliterasi dengan tuntutan zaman.
     Kehadiran buku cerita berbasis akan menampilkan tradisi budaya di lingkungan mereka yang kaya, mereka bangga terhadap budaya mereka. Namun yang harus diingat buku bacaan berbasis budaya adalah buku budaya yang tumbuh pada suku yang ada di lingkungan tersebut, bukan buku hasil terjemahan yang dialihbahasakan ke budaya lokal. Seperti Papua dengan 77 buah buku yang telah berhasil dibuat  dengan berbasis budaya lokal setempat.

C. Praktik Budaya Dakam Kegiatan Ekstrakulikuler

      Mengajak siswa melakukan praktik budaya lokal, misalnya makan bersama dan memasak bersama makanan khas daerah tersebut.


Contoh Praktik Membacakan Buku Berbasis Budaya Minang
Sumber : Buku  Manual GLS




Praktik Budaya dalam Kegiatan Ekstrakulikuler
Sumber : Buku Manual GLS






















BAB, IV PENUTUP
      
      Memediasi budaya yang beragam melalui kegiatan literasi adalah suatu keniscayaan. Gerakan literasi harus mampu   menggali pendidikan di Indonesia . Pelaksanaan muatan lokal akan terasa mengasyikan jika guru memahami budaya. Karena kehadiran guru yang memahami budaya merupakan interaksi utama sukses atau gagalnya komunitas guru protagonis dan literat.



Demikian review mengenai  Menumbuhkan Kepekaan Budaya Lokal DI Sekolah Dasar, semoga bermanfaat.

Salam literasi







0 komentar:

Posting Komentar